Narasi Kepemimpinan dan Gagasan Masa Depan Peradaban Bangsa : Antologi Buah Pikiran Pasca Pandemi
Synopsis
Bagaimana peradaban dalam beberapa dekade mendatang? Pertanyaan ini sering mengisi ruang pikiran dan batin saya. Terlebih, kita memasuki periode–dalam epos geologi–yang dinamakan antroposen. Terminologi ini belum secara resmi diadopsi, tetapi banyak yang sudah menyuarakan bahwa kita sudah masuk ke dalam epos ini. Premis singkatnya adalah bahwa kita masuk ke masa di mana aktivitas umat manusia sudah berdampak besar bagi bumi, baik dalam artian positif maupun negatif. Artinya, aksi yang kita lakukan akan menentukan nasib bumi dalam beberapa dekade mendatang: apakah kita mampu menjaga bumi atau justru merusaknya.
Itu merupakan sebuah tanggung jawab yang maha berat bagi kita yang memikul nasib peradaban. Peradaban saat ini memang memiliki banyak masalah, jangka panjang maupun jangka pendek. Perubahan iklim (climate change) adalah masalah jangka panjang yang harus kita semua hadapi. The Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) telah menyebutkan bahwa kita menjadi aktor yang meningkatkan iklim bumi hingga pada tahap yang mengkhawatirkan. Sebagian besar dari kita mungkin tidak sadar telah melakukan aktivitas yang menyebabkan fenomena tersebut. Terlepas dari itu, kita punya tanggung jawab agar bumi masih dapat ditinggali oleh manusia.
Dunia saat ini memang sedang fokus pada masalah perubahan iklim, tetapi jangan lupa, ada banyak masalah jangka pendek yang harus kita selesaikan. Dan masalah tersebut juga berhubungan dengan hajat hidup orang banyak. Di Indonesia, survei dari Indikator Politik Indonesia tahun 2023 menyebutkan 10 masalah mendesak yang harus diselesaikan pemimpin Indonesia. Saya ingin mengambil empat masalah teratas: harga kebutuhan pokok (36,9%), lapangan pekerjaan (17,7%), kemiskinan (10,6%), dan pemberantasan korupsi (7,1%). Anak muda pun juga mengutarakan masalah yang mirip, dari survei GNFI dan KedaiKopi tahun 2022 lalu: korupsi (19,8%), harga kebutuhan pokok (14,1%), krisis ekonomi (11,6%), dan pengangguran (7,5%). Belum lagi masalah kesehatan mental juga menghantui generasi muda di Indonesia, khususnya Generasi Z.
Masalah-masalah di atas–jangka panjang maupun jangka pendek–sama-sama berhubungan dengan hidup orang banyak; orang tidak dapat makan enak jika kebutuhan pokok tinggi; masyarakat tidak dapat menghidupi keluarganya jika tidak memiliki pekerjaan yang layak; dan kita tidak akan maksimal dalam beraktivitas apabila mentalnya tidak sehat. Di saat yang sama, kita juga perlu fokus bagaimana menahan laju perubahan iklim sampai di ambang batas. Terpaan masalah yang datang dari segala arah membuat kita perlu menemukan solusi yang dapat menyelesaikan banyak aspek.